[Oneshot] That One Person is You

That One Person is You - KyungJi ver.

 

Title: That One Person is You

Author: mee_ree

Main Casts: Lee Jieun, Do Kyungsoo, Park Jiyeon, Lee Junho

Genre: Romance

Length: Oneshot

Rating: PG-17

Disclaimer: Semua cerita, karakter, setting, alur, dll. adalah kreasi author. Author sama sekali tidak terkait dengan pemilik, pencipta, atau produsen dari setiap media apapun. Tidak ada pelanggaran hak cipta dimaksudkan.Untuk tokoh utama, dan artis lainnya, bukan milik author.Author memakai mereka hanya untuk keperluan cerita.Cerita ini hanya fiktif.Jika terdapat kesamaan cerita, setting, alur, dll.dengan cerita lainnya, itu hanyalah unsur ketidaksengajaan. Tidak ada plagiarism dalam pembuatan cerita ini.

Notes: Typo may applied. Tulisan bercetak tebal adalah POV of Author, jika tidak tebal adalah POV of Jieun.

 

******************************

“Gerimis.”Lirihku sambil menatap langit dari jendela kamarku.Aku tersenyum kecil, selalu menyenangkan jika gerimis datang.Akhir pekan seperti ini, apalagi disertai gerimis, biasanya dimanfaatkan orang untuk beristirahat.

Tapi aku tidak termasuk.Aku justru terjebak dengan setumpuk tugas kuliahku yang belum kuselesaikan.Sedikit merutuki dosen berumur yang gemuk itu, tega sekali dia memberikan tugas sebanyak ini kepada mahasiswa semester akhir yang sedang dalam tahap menulis tugas akhirnya.

Aku kembali memusatkan perhatianku kepada laptop yang bertengger di depanku.Aku harus bisa menyelesaikan tugas ini secepatnya, agar aku bisa mendapatkan waktu untuk beristirahat nanti.

Jari-jemariku yang terus menari di atas keyboard sejak dua jam yang lalu akhirnya mulai protes. Kurasa lebih baik beristirahat sejenak. Jika tidak, bisa-bisa jari-jariku ini akan menjadi benar-benar keriting.Aku berdiri dan meregangkan tubuhku yang terasa kaku setelah duduk selama berjam-jam.

Aku melangkahkan kedua kakiku ke arah jendela kamarku.Menatap langit yang masih menumpahkan butiran-butiran air yang perlahan semakin banyak.

“Hujan.”Senyumanku semakin lebar ketika rintik hujan itu semakin deras.

Aku suka hujan.Walaupun setiap kali hujan selalu mengingatkanku pada ketakutanku dulu.Ibuku meninggal karena hujan. Hm..sebenarnya bukan sepenuhnya karena hujan, mobil yang ditumpanginya terbalik setelah menabrak pembatas jalan. Dan ketika kecelakaan itu terjadi, Seoul sedang diguyur hujan deras.

Menurut saksi mata, ibuku berusaha menghindari pengendara motor di depannya yang terjatuh karena jalanan yang licin. Namun, karena keadaan jalan yang memang benar-benar licin membuat mobil yang dikendarai ibuku oleng hingga menabrak pembatas jalan.

Kejadian itu sempat membuatkuselalu merasa ketakutan saat hujan datang.Apalagi jika hujan itu sangat deras disertai petir atau angin yang kencang.

Apa itu bisa disebut..trauma?

Tok..Tok..

“Jieun-ah..” seru JunhoOppa dari luar.

Ne, Oppa? Masuklah.” Pintu kamarku pun terbuka, menampilkan sosoknya yang sudah berpakaian rapih dengan jaket dan sepatunya.

Oppa mau pergi?”

Ne, ada yang harus kubeli.”

“Tapi sekarang sedang hujan deras.Apa tak sebaiknya ditunda hingga hujan berhenti?” tanyaku.

“Aku membutuhkannya sekarang.Maket itu harus kuselesaikan malam ini juga.”Ucapnya.

JunhoOppa adalah seorang arsitek. Walaupun ia baru saja memulai karirnya setahun yang lalu, namun sudah banyak yang memuji kehebatannya.Itu karena Oppa adalah orang yang sangat tekun dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Seperti saat ini, dia tak akan mau menunda untuk pergi apalagi jika demi menyelesaikan pekerjaannya itu.

“Kau tenang saja, aku akan berhati-hati. Kau tak apa kan kutinggal sendiri? Bukankah kau sudah tidak takut hujan lagi?LagipulaAbeoji akan tiba di rumah sebentar lagi, katanya reuni dengan teman-temannya itu hanya sampai siang hari.”

Arasseo.Aku tidak apa-apa.Hati-hati Oppa.”

Eoh..jaga dirimu.”Ucapnya sebelum menutup pintu kamarku.

Oppa mengetahuinya.Tak hanya Oppa, kurasa semua orang yang mengenalku sudah mengetahuinya.Mereka semua tahu bahwa aku tidak menyukai hujan karena kejadian itu.

Sampai beberapa hari setelah kematian ibuku, aku selalu menyalahkan hujan. Aku bahkan selalu ketakutan setiap kali langit mulai mendung menandakan akan turun hujan.Appa dan Oppa selalu membujukku dan menasihatiku untuk bisa lepas dari traumaku itu.Namun mereka tak pernah berhasil.

Hanya dia..satu-satunya orang yang bisa membuatku mampu menghilangkan rasa takutku perlahan-lahan.Apa karena dia punya cara tersendiri untuk membantuku bebas dari trauma yang menjeratku itu? Atau karena orang itu adalah dia? Entahlah..Yang jelas, dia berhasil membuatku kembali menyukai hujan.

Mengingatnya membuatku semakin ingin kembali bertemu dengannya.Tapi bagaimana caranya aku bertemu dengannya setelah tujuh tahun lamanya kami tidak bertemu?Jika kami bertemu pun, dia tak mungkinlagi mengingatku. Tidak mungkin dia ingat padaku, kalau dia sudah mengingatku pasti dia akan menghubungiku.

Mungkin akumemang tak bisa bertemu dengannya secara langsung dan bertegur sapa seperti dulu, tapi aku masih bisa melihatnya dengan bantuan media bukan? Seperti..foto?

Sebenarnya bukan hanya melalui foto, aku bisa melihatnya kapanpun aku mau, melalui berbagai media tentunya. Tapi jika sekarang aku ingin melihat foto-foto masa lalunya, tak salah kan?

Kedua kakiku membawaku mendekat ke satu-satunya lemari di dalam kamarku.Di rak paling atas, terselip sebuah album yang berisi semua foto-fotonya.Aku tersenyum geli jika mengingatnya, bagaimana bisa dulu aku berpikiran untuk membuat satu album khusus untuknya?Tapi setelah dipikir-pikir, ternyata itu berguna.Aku bisa membuka album itu tiap kali aku merindukannya.

Sepertinya aku akan melupakan tugas yang memusingkan itu untuk sejenak.

Jieun membawa album yang baru saja diambilnya itu ke atas tempat tidurnya.Ia membaringkan tubuhnya dengan posisi terngkurap. Senyum terukir di bibirnya ketika sebelah tangannya mengusap cover album itu hingga terhenti ketika jemarinya menyentuh ukiran kecil di sudut kanan bawah cover. Ukiran yang bertuliskan nama seseorang.

Do Kyung Soo

Jieun membuka halaman pertama album itu.Senyum terukir di wajahnya ketika melihat satu demi satu foto dalam album itu.Bukankah telah diberi tahu sebelumnya bahwa itu album khusus?Tentu saja tokoh utama dari semua foto-foto disana adalah lelaki itu, sahabat masa kecilnya, Do Kyungsoo.

Kedua matanya terpaku pada sebuah foto yang menampilkan sepasang yeoja dan namjadengan sebatang lollipop di tangan mereka masing-masing.Kedua sudut bibirnya semakin tertarik ke atas memandang foto itu.Ingatannya pun berkelana ke beberapa tahun yang lalu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

­-Flashback, Gyeonggi 2005-

“Mengapa ingin menjadi fotografer?”Tanya seorang anak lelaki pada teman perempuannya.

Eomma menyukai fotografi tapi tidak bisa menjadi fotografer, karena itulah aku ingin mewujudkan impiannya.”Jawab anak perempuan itu.

“Kau aneh sekali, Jieun-ah..”

Ne?”

“Jika kau yang menjadi fotografer, itu berarti mewujudkan impianmu, bukan impian ibumu.”

Babo.” Celetuk Jieun.

Mwo? Ya! Berani sekali kau menyebutku bodoh.” Sungut anak lelaki itu.

“Kau memang bodoh.Memangnya kau tidak mengerti ya? Jika aku berhasil menjadi seorang fotografer, Eommaakan sangat senang. Kata Eomma, jika aku berhasil mewujudkan impianku, itu sama saja dengan mewujudkan impiannya.” Jelas Jieun.

“Aku tidak mengerti.”Anak laki-laki itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

“Itu karena kau bodoh.”

Yaa!!”

“Kyungsoo babo..! Weee…” Jieun memeletkan lidahnya ke arah Kyungsoo sambil berlari menghindarinya.

Ya! Jangan lari kau..”

—————

“Kyungsoo-ah!” teriak Jieun tepat di telinga Kyungsoo yang masih bergumul dengan selimutnya.

Yaa! Kau mengagetkanku.”Jieun hanya terkekeh.

“Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?”Tanya Kyungsoo masih dengan mata yang setengah terpejam.

Ahjumma yang menyuruhku untuk membangunkanmu.Kenapa kau masih tidur?Ini sudah siang, kau sudah berjanji akan menemaniku membeli kamera hari ini, jadi cepatlah bangun!”

“Membeli kamera?”

Ne, sebulan yang lalu kau berjanji akan menemaniku membelinya setelah aku mempunyai cukup uang.”

“Memangnya kau sudah punya uang?”

“Tentu saja.. Tadaaa~” Jieun menujukkan beberapa lembar uang di depan Kyungsoo, membuat kedua mata Kyungsoo yang semula masih setengah terpejam itu terbuka lebar.

“Uwaah..darimana kau mendapatkan uang sebanyak itu?” tanyanya takjub.

“Sebagian dari Appa, sebagian diberikan oleh Oppa, lalu sisanya kutambahkan dari uang tabungannku. Sudah jangan terus bertanya, cepat mandi.”Jieun menarik sebelah tangan Kyungsoo untuk segera turun dari tempat tidur.

“Aku tunggu di bawah ya..Palli!”

Arasseo, Gongju-nim..”

—–

Eotte? Bagus bukan?” tanya Jieun sambil berjalan keluar dari toko kamera dengan sebuah pocket camera berwarna silver dengan aksen merah muda di tangannya.

Ne, pilihan yang bagus.Kamera itu sangat cocok untukmu.Dengan kamera itu, kau bisa berlatih mulai dari sekarang agar kelak bisa menjadi fotografer hebat.”

“Kau benar..”Jieun tersenyum, membuat Kyungsoo ikut tersenyum senang karena melihatnya.

“Bagaimana denganmu?” tanya Jieun.

Ne?”

“Impianmu, ingin jadi apa?”

“Impianku..aku ingin menjadi penyanyi terkenal.” Jawab Kyungsoo sambil tersenyum.

“Penyanyi?”Kyungsoo mengangguk.

“Jadi itu alasanmu sering mengikuti les vocal dan kompetisi menyanyi sejak kecil?”Kyungsoo kembali mengangguk.

“Aku yakin kau bisa mewujudkannya, suaramu itu kan bagus.”

“Tentu saja..Jika aku sudah menjadi penyanyi terkenal dan memiliki banyak uang nanti, aku akan mengajakmu pergi kemanapun yang kau inginkan.”

Jinjja? Aku akan menunggu kalau begitu. Hm..sayang sekali, karena kau ingin menjadi seorang penyanyi berarti kau harus menjaga kesehatan pita suaramu itu. Padahal aku baru saja ingin memberikanmu lollipop.” Ucap Jieun sambil mengeluarkan sebatang lollipop dari dalam tas nya.

Kyungsoo memandang lollipop itu dengan iri. ‘Jika hanya makan lollipop, itu tidak akan merusak pita suaraku kan?’ batinnya.

“Jieun-ah..” panggilnya dengan suara lirih.

“Hm?”Jieun menoleh sambil mengemut lollipop nya.

“Aku juga ingin lollipop.”

“Kau ingin?”Kyungsoo mengangguk.

“Tapi ini bisa merusak pita suaramu. Bukankah pelatih vokalmu juga mengatakan itu?”

Ani..jika hanya makan satu, tidak akan merusak pita suaraku..”Jieun menggeleng.

“Jieun-ah..jebal…” Jieun kembali menggeleng.

“Jieun-ahGongju-nim…

“Berlututlah.”

Mwo?Yang benar saja.Apa kau lupa aku lebih tua darimu, tidak sopan memintaku berlutut seperti itu. Kau bahkan tidak pernah memanggilku Oppa.” Gerutu Kyungsoo dengan bibir yang mengerucut.

“Hahaha..Aigo, Oppa..aku hanya sedang mengerjaimu, dan ternyata itu menyenangkan.” Jieun tertawa geli melihat ekspresi wajah Kyungsoo saat ini.

“Ini untukmu.” Jieun memberikan sebatang lollipop baru yang diambilnya dari tas nya.Kyungsoo tersenyum senang sebelum meraih lollipop tersebut.

Gomawo..”

“Aku yang berterima kasih karena kau sudah menemaniku membeli kamera hari ini. Ah iya..” Jieun mengeluarkan kamera barunya dari dalam tas. “Ayo kita berfoto bersama. Foto pertamaku harus bersama dengan orang yang menemaniku membeli kamera ini..” ucapnya sambil menarik Kyungsoo untuk lebih mendekat ke arahnya.

Jieun mengarahkan kameranya kepada mereka berdua.“Pasang wajah yang bagus.Hana..dul..”

Click!

-Flashback end-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jieun membuka halaman selanjutnya, terus menerus memandangi foto-foto tersebut tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya.Sekali lagi, sebuah foto mengingatkannya pada kenangannya dulu.

Foto itu manampilkan sosok Kyungsoo yang sedang menggendongnya di punggungnya.Kyungsoo tersenyum hangat dalam foto itu, sedangkan dia hanya memasang wajah sedih, bahkan terlihat ada bekas air mata di pipinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-Flashback, Gyeonggi 2005-

Ahjumma, Jieun eoddi?” tanya Kyungsoo begitu memasuki pagar rumah Jieun dan mendapati ibu Jieunsedang menyiram tanaman di halaman rumahnya.

Eo, Kyungsoo. Jieun..mungkin sedang bermain di halaman belakang, kau masuk saja.”

Kyungsoo segera beranjak ke halaman belakang rumah Jieun.Mereka memang biasa bermain bersama disana, karena halaman belakang rumah Jieun begitu luas dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan dan bunga.Siapa yang tidak suka berada di tempat seperti itu?

Begitu tiba disana, ia dikejutkan oleh sosok Jieun yang sedang berlutut sambil menangis sesenggukkan di bawah pohon.Ia pun langsung berlari menghampiri sahabatnya itu.

“Jieun-ah.Gwaenchanha?”Jieun mengangkat wajahnya dan memandang kaget Kyungsoo yang sudah berdiri di hadapannya.

“Kyungsoo..”

“Kakimu kenapa?”Tanya Kyungsoo saat melihat lutut Jieun yang terluka.

“Tadi aku ingin mengambil foto seekor burung yang sedang bertengger di atas pohon ini. Tapi saat ingin memanjat, aku terpeleset lalu terjatuh.” Lirih Jieun yang perlahan dapat menghentikan tangisannya.

“Astaga..untuk apa kau memanjat pohon? Kau ini kan wanita.”

“Kata Eomma, untuk bisa meraih mimpi kita harus bisa melewati berbagai halangan. Aku ingin menjadi fotografer hebat, jadi aku ingin memotret burung itu dari tempat yang bagus agar hasilnya juga bisa bagus.”

“Kau tidak harus memanjat pohon untuk bisa mendapatkan foto yang bagus.Kau bisa mendapatkan foto yang bagus walaupun hanya memotretnya dari bawah.”

“Benarkah?”

“Tentu saja.Sepertinya kau masih harus banyak belajar lagi tentang fotografi.”Jieun menganggukkan kepalanya.

“Ayo masuk, obati lukamu itu.” Kyungsoo berlutut di depan Jieun dengan posisi membelakanginya. “Naiklah,Gongju-nim..Lututmu pasti sakit untuk berjalan sendiri.”

Jieun meraih leher Kyungsoo lalu memposisikan dirinya dengan baik di punggung Kyungsoo.

“Kau kuat menggendongku?”

“Tentu saja.Walaupun tubuhku kecil, tapi tenagaku besar.Pegangan yang erat.”Ucap Kyungsoo sebelum mencoba berdiri.

“Ah, kau membawa kameramu kan?” tanya Kyungsoo setelah ia berhasil berdiri tegak sambil menggendong Jieun.

Ne.”

“Ayo berfoto.”

Ne?”

“Ayo cepat.Jarang-jarang aku yang meminta berfoto duluan.”

“Tapi wajahku sedang buruk.”

“Yang penting wajahku tidak.Palli! Tubuhmu semakin teasa berat.”Jieun mendesis palan sebelum meraih kamera yang diletakkan dalam kantung celananya.

Dengan kedua lengan yang masih melingkar di bahu Kyungsoo, Jieun menjulurkan tangannya ke depan lalu mengarahkan kameranya kepada mereka berdua.

Click!

“Nah, sekarang kita obati lukamu.”Kyungsoo melangkahkan kakinya memasuki rumah Jieun.

Eomeo!Jieun-ah, kakimu kenapa nak?!”

-Flashback end-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jieun menghela napas.Ia membalikkan tubuhnya menjadi posisi berbaring. Matanya menerawang menatap langit-langit kamarnya.Mengenang sahabat masa kecilnya seperti itu, membuat rasa rindunya semakin menjadi-jadi.

Bogoshippeo, Kyungsoo­-ah..” lirihnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-Flashback, Gyeonggi 2006-

“Kau melihat Jieun?” tanya Kyungsoo pada salah satu siswi di kelas Jieun. Dia baru saja berniat mengajak Jieun untuk makan siang dengan bekal yang dibawanya, namun ia tak mendapati sosok sahabatnya itu di kelasnya.

“Sepertinya tadi dia pergi ke perpustakaan, mungkin ingin membaca buku.”Jawab siswi itu.

“Perpustakaan?” gumam Kyungsoo.Ia melirik ke arah jendela. Dahinya berkerut memperhatikan hujan yang kian deras disertai petir yang cukup kencang.

Kyungsoo mengurungkan niatnya untuk makan siang dan memilih untuk menyusul Jieun ke perpustakaan.Sesampainya disana, Kyungsoo segera menelusuri rak demi rak buku untuk menemukan sahabatnya itu.Hatinya meringis saat berhasil menemukan Jieun dalam keadaan yang tidak baik.Sahabatnya itu sedang duduk di lantai dengan memeluk lututnya, dan tampak raut ketakutan di wajahnya.

Jieun selalu seperti itu.Sejak kematian ibunya dua minggu yang lalu, hujan menjadi salah satu hal yang ditakutinya.Keluarganya selalu berusaha membantunya untuk bisa menghilangkan rasa takutnya itu namun tidak berhasil.

“Jieun-ah..”Jieun mengangkat wajahnya.

“Kyungsoo..aku takut..” lirihnya.

“Tenanglah..aku disini.”

Jdeeerr!!

Jieun refleks menutup kedua telinganya saat mendengar suara petir.Seluruh tubuhnya bergetar menunjukkan betapa takut dirinya sekarang.Kyungsoo semakin merapatkan tubuhnya lalu memeluk sahabatnya itu guna menenangkannya.

“Jangan takut..aku disini..”

—————

Kaja..”Jieun mengangguk lalu mengikuti langkah Kyungsoo untuk pulang ke rumah.

“Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.” Ucap Kyungsoo sambil menatap langit yang mulai mendung.

“Sebaiknya kita bergegas sebelum hujannya datang.”Jieun segera menarik lengan Kyungsoo untuk berjalan lebih cepat, namun Kyungsoo menahannya.

“Sudah lama kita tidak bermain hujan lagi. Terakhir kali sekitar satu tahun yang lalu kan?”

“Jangan gila.Aku tidak mau bermain hujan.Ayo cepat pulang.”

Wae?Apa karena kau takut hujan? Dulu kau tidak seperti ini, kau bahkan yang lebih bersemangat untuk bermain hujan dibandingkan diriku.”

“Kyungsoo-ah..”

“Jieun-ah, kau harus menghilangkan rasa takutmu itu.Hujan itu tidak buruk.”

“Tapi aku tidak suka.Sudahlah, aku mau pulang saja.”Kyungsoo langsung menarik tangan Jieun, menahannya untuk pulang.

“Kita bermain sebentar..”

Shireo!”

“Ayolah..tidak akan terjadi apa-apa.”

“Tapi jika turun hujan..”

“Hujan tak akan membunuhmu.” Potong Kyungsoo. Jieun memperhatikan langit yang mulai meneteskan butiran airnya perlahan-lahan.

“Aku akan menjagamu, Jieun-ah..” entah kenapa kata-kata Kyungsoo seolah mengandung magis yang membuat Jieun menganggukkan kepalanya.

Mereka pun kembali berjalan perlahan menuju rumah mereka.Hujan yang semula hanya gerimis perlahan mulai menjadi deras.Kyungsoo menoleh saat merasakan genggaman tangan Jieun semakin erat meremas telapak tangannya.

Gwaenchanha..” ucapnya pelan. Tanpa diketahuinya, kata sederhana yang ia ucapkan selalu membuat perasaan Jieun menjadi lebih tenang.

—–

“Masuklah..Segera ganti seragammu jika kau tak ingin sakit.”Akhirnya mereka sampai dengan selamat walaupun harus basah kuyub.

Ne.. kau juga.”

Arasseo..Besok kita bermain hujan lagi ne?”Jieun melotot mendengar ajakan Kyungsoo.

Shireo!Jika hujan-hujanan setiap hari kita bisa sakit.”Kyungsoo terkekeh.

“Baiklah, kalau begitu kapan-kapan saja..Hm..Bagaimana jika besok siang kita ke taman untuk melihat bunga sakura?”

Joha!”

“Kalau begitu kujemput kau jam sebelas, ne..Bye..”Jieun segera memasuki rumahnya begitu Kyungsoo sudah berlari ke rumahnya sendiri.

“Jieun, apa yang kau lakukan? Mengapa basah kuyub seperti itu?” tanyaJunho bingung.

“Kyungsoo mengajakku bermain hujan..”

“Bermain hujan?Memangnya kau sudah tidak takut hujan?”Jieun hanya mengangkat bahu lalu pergi ke kamarnya tanpa melihat senyum yang terlukis di wajah Oppa nya itu.

“Baguslah jika dia berhasil menghilangkan ketakutannya itu.” gumamJunho.

—————

“Ayo cepat!!”

“Sabar..”Jieun buru-buru mengambil jaketnya dan tak lupa kameranya sebelum berjalan menyusul Kyungsoo yang sudah lebih dulu keluar dari kamarnya.

Mereka berencana pergi ke taman hari ini untuk melihat bunga sakura. Bulan ini memang waktunya bunga sakura bermekaran.Beruntunglah karena mereka tinggal di Gyeonggi, salah satu provinsi di Korea yang ditumbuhi banyak pohon sakura.

“Dasar wanita, selalu saja lama jika berdandan.” Dumel Kyungsoo.

“Sudah jangan bawel, yang penting sekarang aku sudah selesai.Lagipula ini salahmu yang datang terlalu cepat.”

“Jika tidak cepat-cepat, nanti hari keburu malam.Tidak seru jika melihat bunga sakura dalam gelap.”Jieun hanya mendesis mendengarnya. Karena sejak tadi siang hujan turun cukup deras, mereka terpaksa menundanya hingga sore hari.

—–

“Waahh..yeppuda..” Jieun langsung disibukkan dengan kameranya begitu mereka sampai di taman.

“Mengapa tamannya ramai sekali?” gumam Kyungsoo.

“Mungkin karena tadi siang hujan, jadi orang-orang baru bisa pergi ke taman sore ini.Makanya tamannya sangat ramai.”

“Hm, mungkin saja..Dan karena tadi siang hujan, pemandangannya jadi semakin indah bukan?”

Ne? Apa maksudmu?”tanya Jieun.

“Apa kau tidak memperhatikan bunga sakura yang sejak tadi kau foto itu?Terdapat banyak rintik hujan di bunga-bunga itu. Membuatnya lebih terihat indah..”Jieun segera memperhatikan bunga-bunga sakura di sekitarnya.

“Kau benar..” ucapnya sambil tersenyum.

“Hujan itu sangat indah bukan?”Tanya Kyungsoo. Jieun kembali menolehkan kepalanya menatap Kyungsoo.

“Bunga-bunga di taman ini tak akan tumbuh menjadi seperti ini tanpa adanya hujan. Hujan juga yang berhasil membuat bunga-bunga ini menjadi semakin indah..Tak ada alasan untuk takut pada hujan, jadi kau tidak boleh takut dengan hujan lagi mulai sekarang, arasseo, Gongju-nim?” Lanjut Kyungsoo.

Jieun menatap Kyungsoo tepat di kedua matanya, dia bisa menemukan ketulusan disana. Sejenak ia berpikir, betapa berharganya sahabatnya itu. Jika tak ada Kyungsoo, Jieun tak akan bisa menjadi seperti sekarang ini.

Ne, aku mengerti.”Mereka berdua tersenyum, saling menghangatkan.

“Aku ingin punya pohon sakura.” Celetuk Jieun tiba-tiba.

“Tanam saja. Halaman belakang rumahmu kan luas..”

Geure..aku akan minta pada Appa untuk menanamnya nanti. Kyungsoo-ah, ayo kita berfoto..”

Kyungsoo tersenyum sebelum melangkah mengikuti Jieun yang sudah siap berpose di bawah salah satu pohon sakura itu.

-Flashback end-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jieun menutup album foto itu.Ia beranjak dari tempat tidurnya lalu mengembalikan album itu ke dalam lemarinya. Kedua kakinya membawanya melangkah mendekati jendela.Rupanya hujan sudah berhenti.

Jendela kamarnya yang langsung terhubung dengan halaman belakang rumahnya itu memungkinkan dirinya untuk dapat melihat pohon sakura miliknya.Pohon yang ditanamnya delapan tahun yang lalu itu kini sudah semakin tinggi.Kedua sudut bibirnya terangkat saat ia melihat butiran-butiran air di setiap mahkota bunga sakura itu.

“Seandainya kau bisa melihat ini juga, Kyungsoo-ah..” lirihnya.

Aku melangkahkan kakiku keluar kamar.Menonton televisi mungkin ide yang bagus agar aku tidak terus menerus mengingat dirinya. Dan sepertinya aku akan benar-benar melupakan tugas kuliahku itu.

“EXO akan menggelar konser perdananya pada bulan Mei 2014.Untuk kalian semua para penggemar EXO, jangan sampai ketinggalan. Persiapkan dirimu untuk…”

Ternyata aku salah.Bahkan acara televisi pun selalu membuatku semakin merindukannya.Sudah kukatakan bukan, tak hanya foto yang bisa membantuku untuk melihat dirinya.Ya, tentu saja.Hampir setiap hari wajahnya itu selalu muncul di layar datar 29 inchi itu.Bahkan saat aku pergi keluar rumah, tak jarang aku melihatnya di papan iklan di tepi jalan.

Mengapa sangat sulit untuk melepaskan bayangannya dari pikiranku?Apa sosoknya itu sudah tertanam begitu kuat di dalam diriku.Mungkin jika saja dia tidak selalu muncul di setiap media, jika dia bukanlah salah satu anggota dari sebuah grup terkenal, akan lebih mudah bagiku untuk melupakannya.

Atau tidak?Kurasa memang sudah seharusnya aku tak melupakannya.Bagaimana mungkin aku bisa melupakan sosoknya, sosok yang sangat berarti untukku, sosok yang kucintai.

Aku menghela napas berat.Rasanya sangat sedih ketika aku terus mengingat dan mengharapkannya sementara aku tahu bahwa dia sudah melupakanku.Tapi aku benar-benar merindukannya.Merindukan sebutan ‘Gongju-nim’ darinya. Kapan dia akan memanggilku seperti itu lagi?

“Jieun-ah!!”Aku menolehkan kepalaku.Kulihat Jiyeon datang bersama Appa.

“Kau..datang dengan ayahku?”

Ne.. mobilku sedang di bengkel, saat dalam perjalanan kesini kebetulan aku bertemu ayahmu di jalan lalu ayahmu menawarkan tumpangan, jadi sekalian saja.” Aku mengangguk mengerti.

“Dimana Junho?” tanyaAppa.

Oppa pergi membeli perlengkapan untuk membuat maket.” Jawabku.

“Oh.. kalau begitu nikmati waktu kalian.” Ucap Appa sebelum pergi ke kamarnya.

Ne, terima kasih Ahjussi..” ucap Jiyeon.

“Waahh..kau sedang menonton EXO?” tanya Jiyeon. Aku menoleh kaget ke arah televisi.Aku bahkan tidak sadar kapan mereka mulai bernyanyi seperti itu, bukankah tadi sedang menayangkan berita tentang konser mereka?

“Ah iya, bicara tentang EXO, sebenarnya aku kesini karena berhubungan dengan mereka.”

“Mereka?EXO maksudmu?” tanyaku.

Ne, kau tahu kan pekan depan mereka akan mengadakan fans signing di kota ini. Dan kau tahu?Aku berhasil mendapatkan dua buah tiket untuk kita!”Seru Jiyeon heboh.

Fans Signing?Tiket?Apa itu berarti aku bisa bertemu dengannya?

Ya, Lee Jieun, kenapa kau diam?Kau tidak senang?”

“Te..tentu saja aku senang. Jadi kita benar-benar akan bertemu dengan mereka?”

“Iya..aahh, aku tidak sabar untuk bertemu dengan mereka terutama Baekhyun Oppa… uwaaahhh.. Oppa, tunggu aku!!”Jiyeon memang salah satu penggemar berat EXO. Tak heran jika dia begitu senang bisa hadir di acara fans signing itu.Aku juga salah satu penggemar EXO, walau tidak sefanatik temanku yang satu ini.Lalu apa aku harus senang?

“Jieun-ah­, kau pernah bilang kalau dulu kau bersekolah di sekolah menengah yang sama dengan D.O kan?Bukankah ini kesempatan untukmu bisa bertemu dengannya? Siapa tahu dia ingat denganmu..”

“Dia tidak akan ingat denganku..” lirihku.

Wae?Apa karena kalian tidak pernah sekelas? Jangan berkecil hati seperti itu, siapa tahu dulu dia sempat mengenalmu dan memperhatikanmu. Kau kan cantik, pasti banyak namja yang menjadi pengagum rahasiamu di sekolahmu dulu. Akan sangat menakjubkan jika D.O adalah salah satunya.”

Ani, Jiyeon-ah. Dia benar-benar tidak akan ingat denganku.Atau mungkin belum mengingatku.

****************************************

Disinilah aku sekarang. Dikelilingi ratusan fans EXO yang sama-sama beruntung karena bisa bertemu dengan idola mereka hari ini. Setelah telingaku panas mendengar ocehan dosen mengenai tugasku yang menurutnya belum ‘sempurna’ itu, kini telingaku harus kuat mendengarkan teriakan dari orang-orang di sekitarku.

Heh..bahkan saat idola mereka masih bersantai ria di balik panggung itu saja teriakan mereka sudah sekencang ini, bagaimana nanti.

“Mengapa mereka lama sekali?” gerutu Jiyeon.

“Mungkin mereka sedang sibuk mempoles wajah mereka. Bukankah mereka harus selalu terlihat sempurna di depan para penggemarnya?”Jiyeon hanya berdecak.

Tak lama beberapa orang mulai histeris, sepertinya keduabelas member EXO itu mulai naik ke atas panggung.Aku mencoba mencari celah di antara ratusan orang ini untuk bisa melihat mereka, lebih tepatnya melihat dirinya.

Dia berdiri disana, di barisan ke empat dari kiri, tepat diantara Sehun dan Lay.Dengan celana jeans hitam dan kemeja biru gelap.Dia tersenyum, senyum yang sama seperti tujuh tahun yang lalu.

“Baekhyun Oppa!!!” aku menoleh kaget ke arah Jiyeon.

Ya!Jangan berteriak di telingaku!”

“Hehe..mian, aku terlalu senang.”Ucapnya dengan cengiran khasnya itu. “Jieun-ah..lihatlah D.O itu, pasti dia terlihat lebih tampan dibanding saat masih SMP dulu.”

Ani, dia masih sama. Terutama senyumnya, menenangkan..

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku gugup.Sangat gugup.Sebentar lagi tiba giliranku untuk maju kedepan dan bertatapan langsung dengannya.

“Jieun-ah, Kaja..”

Setelah melewati Kris, Chanyeol, dan Sehun, kali ini gilirannya.Mengapa jantungku rasanya seperti mau copot?Setelah tujuh tahun akhirnya aku bisa melihatnya dengan jarak sedekat ini.

Aku menunduk, berusaha menyembunyikan wajahku dengan rambut panjangku sambil menyodorkan album mereka yang kubeli untuk ditandatangani olehnya.

Annyeong..” dia menyapa tanpa mengangkat wajahnya. Suaranya masih sama, sangat indah jika mendengarnya langsung dibanding mendengarnya melalui media. Tangannya langsung sibuk menggoreskan tandatangannya di album itu, lalu berlanjut dengan menulis pesan di bawah tandatangannya itu.

’untuk…’ siapa namamu?” tanyanya.

“Ji..Jieun. Lee Jieun.” Tiba-tiba ia menghentikan gerakan tangannya. Terdiam sejenak sebelum mengangkat wajahnya untuk menatapku.

Tatapannya..aku merindukannya.Aku merindukan tatapannya yang lembut dan menenangkan itu.Kulihat wajahnya sedikit menegang.Apa mungkin dia mengingatku? Tapi bukankah tujuh tahun yang lalu…

“Lee Jieun? Baiklah, ‘untuk Lee Jieun…’” dia kembali melanjutkan menulis pesan di album itu.Jadi dia benar-benar tidak mengingatku?Mengapa rasanya aku ingin menangis?Tidak, aku tidak boleh menangis, apalagi jika harus menangis di depannya.

“Ini..terima kasih telah membeli album kami.” Ucapnya sambil tersenyum.Aku meraih album itu lalu menundukkan kepalaku sebelum pergi dari sana.Aku sungguh tak sanggup berdiri lebih lama disana.Siapa peduli dengan tandatangan dari member selanjutnya?

Dia benar-benar belum ingat denganku, dan ini semua terjadi karena kesalahanku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

-Flashback, Gyeonggi 2006-

“Lihat, hasilnya bagus bukan? Ini semua membuktikan bahwa aku memang seorang calon fotografer hebat.” Ucap Jieun bangga.

Ne.. kau memang hebat.” Kedua mata Kyungsoo terus menjelajahi satu-persatu foto yang baru saja dicetak oleh Jieun di tempat percetakkan.

“Hm.. pemandangan dari atas sini cukup bagus.” Jieun melangkahkan kakinya ke tepi jembatan penyebrangan, ia sangat suka memandang sesuatu dari ketinggian. Katanya, dengan begitu ia bisa merasakan seperti sedang terbang.

“Kendaraan semakin banyak saja.Dan mereka semua tak ada yang mengendarai dengan sabar.” Lirih Jieun. Ia kembali mengingat kematian ibunya.

“Itulah kenapa ayah dan kakakmu selalu melarangmu untuk belajar mengendarai mobil jika kau dewasa nanti.”Ucap Kyungsoo sambil mengembalikan foto-foto tersebut kepada Jieun.

“Simpan foto-foto itu.Sepertinya akan turun hujan, kau tak mau kan kalau sampai foto-foto itu basah?”

“Ah, kau benar..”

Saat Jieun hendak memasukkan foto-foto itu ke dalam tas nya, salah satu foto terlepas dari tangannya kemudian terbang tertiup angin.

“Fotonya..” histeris Jieun saat melihat foto tersebut jatuh di tengah jalan di bawahnya.

“Aku harus mengambilnya.”Kyungsoo buru-buru menahan tangan Jieun saat gadis itu hendak berlari turun.

“Biarkan saja, kau tidak lihat jalanan sangat ramai?Lagipula itu hanya satu, kau masih punya banyak foto.”

“Tapi itu foto Eomma yang kuambil beberapa hari sebelum dia meninggal.”

“Kau bisa mencetaknya lagi lain kali.”

Ani, aku harus mengambilnya.”Jieun menarik paksa tangannya dari genggaman tangan Kyungsoo lalu berlari menuruni jembatan penyebrangan itu.

Yaa, Lee Jieun! Aissh, dia itu..”Kyungsoo pun segera menyusul Jieun.Ia mempercepat larinya ketika hujan mulai turun dan semakin deras.

Begitu sampai di bawah, dilihatnya Jieun yang sedang berusaha berjalan ke tengah jalan untuk mengambil foto itu.Hujan yang deras membuatnya sedikit kesulitan melihatnya.

TIIIINNN!!!

Kedua matanya terbelalak saat mendengar suara klakson yang sangat kencang.Dilihatnya sebuah mobil sedan berwarna hitam sedang melaju kencang ke arah Jieun.

Brraaakkkk!!!

Ciiiiiiiiiitttt…….

Jieun meringis, merasakan perih di kakinya. Rupanya ia terjatuh di atas aspal.Dilihatnya beberapa orang berhamburan ke jalan, mengelilingi tubuh seseorang.Jieun panik seketika, air matanya menetes melihat sosok itu terkulai tak berdaya dengan darah di sekujur tubuhnya.Orang itu..

Ani.. Kyungsoo..”

—————

“Kyungsoo-ah..kapan kau akan bangun? Sudah dua minggu kau terus terbaring seperti ini.Luka-lukamu bahkan sudah mengering.Apa kau akan terus tertidur dan membuatku semakin merasa bersalah?” lirih Jieun.

Cklek~

Jieun mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang terbuka.Dilihatnya ibu Kyungsoo memasuki ruang rawat itu.

“Jieun-ah..kau disini? Belum pulang ke rumah?” tanyanya heran karena mendapati Jieun sudah berada di rumah sakit masih dengan seragam sekolahnya.

“Aku langsung kesini setelah pulang sekolah.Ahjumma..maafkan aku.” Ucapnya tertunduk.

Gwaenchanha..ini bukan salahmu, jadi berhentilah menyalahkan dirimu. Mungkin Kyungsoo sedang tidak beruntung saat itu.”

“Euungh..”Jieun dan ibunya Kyungsoo menoleh ketika mendengar gumaman dari Kyungsoo.

“Kyungsoo-ah..”Jieun tersenyum ketika melihat kedua kelopak mata Kyungsoo bergerak.

“Jieun-ah, kau jaga dia sebentar.Ahjumma akan memanggil dokter.”

“Kyungsoo-ah..kau dengar aku? Buka matamu..”Senyum Jieun semakin lebar ketika kedua mata Kyungsoo terbuka lalu menatap dirinya.

“Kyungsoo-ah, bagaimana keadaanmu?Apa ada yang sakit? Kau baik-baik saja kan?” tanya Jieun. Berharap Kyungsoo akan menjawabnya dengan kalimat ‘aku baik-baik saja’. Namun jawaban yang diterimanya sungguh menyakitkan.

Nuguseyo?”

—————

“Kyungsoo-ah..buka pintunyajebal..” Jieun terus mencoba mengetuk pintu kamar Kyungsoo.

“Sudahlah, mungkin dia sedang tidak ingin diganggu..Ahjumma juga terkadang dilarang masuk ke dalam kamarnya.”Ucap ibu Kyungsoo berusaha menenangkan Jieun.

“Dia marah padaku..dia marah karena aku yang membuatnya menjadi seperti ini.” isak Jieun.

Ani..ini bukan salahmu. Tenanglah..ingatannya pasti akan kembali suatu saat nanti, dan dia akan kembali mengingatmu, kembali mengingat kita semua.”

—–

Ne, segera atur saja.Keluargaku akan pindah kesana besok, jadi tolong kau pastikan rumah di Seoul sudah siap untuk kami tempati.”Langkah Jieun terhenti saat tak sengaja mendengar percakapan ayah Kyungsoo di telepon.

Ahjumma, siapa yang akan pindah?” tanyanya pada ibu Kyungsoo yang berdiri di sampingnya.Ibu Kyungsoo menghela napas sebelum membuka suaranya.

“Jieun-ah, di Seoul ada banyak dokter hebat yang bisa membantu Kyungsoo untuk segera mendapatkan kembali ingatannya. Jadi..”

“Kalian akan pindah ke Seoul?” lirih Jieun.Ibu Kyungsoo mengangguk.

“Ini semua demi kebaikan Kyungsoo.Kau tak perlu khawatir.Jika ingatan Kyungsoo sudah pulih dan dia sudah mengingatmu kembali, dia pasti akan segera menghubungimu.”

Saat itu Jieun merasa seperti terjatuh ke dalam sebuah lubang yang dalam.Rasanya seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sahabatnya terbaiknya tidak mengingatnya dan akan pergi meninggalkannya.

-Flashback end-

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Kenapa kau pergi lebih dulu?Kau tahu aku kebingungan karena kau tiba-tiba menghilang.Ponselmu pun tidak aktif.Untung saja kau ada di café dekat sana, jadi aku tidak perlu berjalan jauh untuk mencarimu.” ucap Jiyeon dalam perjalanan pulang.

Mian..ponselku kehabisan baterai.”

“Lalu kenapa kau tiba-tiba pergi? Bahkan kau baru sampai pada D.O. Kenapa tidak dilanjutkan dengan member yang lain?”

“Aku tiba-tiba tidak enak badan.” Jawabku.

Gojitmal..jika tidak enak badan kenapa kau makan es krim banyak sekali? Atau jangan-jangan karena D.O?Dia tidak ingat denganmu makanya kau kesal lalu pergi begitu saja?”Aku terdiam.

“Bukankah kau bilang kalau dulu kalian tidak dekat bahkan tidak pernah sekelas?Mengapa tidak diingat olehnya membuatmu uring-uringan seperti ini?”

“Sudah kubilang aku tidak enak badan, bukan karena D.O tidak mengingatku.Lagi pula siapa yang uring-uringan?”

“Ck.. terserah kau saja..”

—–

Gomawo..” ucapku begitu Jiyeon memberhentikan mobilnya di depan rumahku.

Eoh..istirahatlah, kalau perlu minum obat agar tidak enak badanmu itu segera menghilang.”Ucapnya dengan nada mengejek.Aku mendesis pelan lalu segera turun dari mobilnya.

“Hati-hati..” seruku sebelum mobilnya berjalan menjauh.

Aku memasuki pagar rumahku tanpa semangat.Kulihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir di halaman rumahku.Apa Appa sedang kedatangan tamu?Atau teman Oppa?

“Kau darimana saja?Mengapa ponselmu susah dihubungi?” cecar JunhoOppa begitu aku memasuki ruang tamu.

Oppa, Appa sedang kedatangan tamu?”

Ani..lagipulaAbeojisedang pergi. Pemilik mobil di depan itu kesini karena mencarimu.”

“Mencariku?Nugu?”

“Dia menunggumu di halaman belakang. Hampirilah..”JunhoOppa mendorong pundakku pelan.

Aku berjalan menuju halaman belakang.Siapa yang mencariku?Setahuku aku tak punya teman yang memiliki mobil seperti itu.

Langkahku terhenti, tubuhku mematung melihat sosok yang berdiri di bawah pohon sakura di halaman belakang rumahku.Seorang pria, dengan celana jeans hitam dan kemeja biru gelapnya. Do Kyungsoo.

Dia menoleh, menatapku dengan kedua matanya. “Annyeong..” tersenyum, dia tersenyum, kepadaku.

“Kau kemana saja?Aku menunggumu sejak tadi.”Aku terdiam. Tak tahu harus menanggapinya seperti apa. Bahkan aku tetap tak bisa menggerakkan kedua kakiku saat ia berjalan ke arahku.

“Kenapa tadi kau langsung pergi begitu saja? Teman-temanku sampai heran melihatnya.”Sampai.Kini dia berdiri tepat di depanku.Masih menatapku dengan kedua mata hangatnya.

“Hey, kau kenapa?” Dia menggerakkan telapak tangannya di depan wajahku.Menyadarkanku dari keterkejutan ini.

“Kyungsoo..”

Ne, naya..”

Aku menghambur memeluk tubuhnya.Dia terkekeh pelan sebelum balas memelukku erat.Aku merindukannya, benar-benar merindukannya.

“Kau menangis?”Apa? Aku menangis?Aku bahkan tidak sadar bahwa aku menangis sampai air mataku membasahi pundaknya.Aku menggelengkan kepalaku.

“Aku hanya bahagia, terlalu bahagia bisa melihatmu lagi.”

“Bukankah tadi kita sudah bertemu?” tanyanya.Aku melepaskan pelukanku lalu menatapnya.

“Iya, tapi tadi kau terlihat seperti tidak mengenaliku.Aku pikir kau masih melupakanku.”Dia tertawa. Ck, apa yang perlu ditertawakan.

“Jadi itu alasanmu langsung pergi begitu saja?Kau belum membaca pesan yang kutulis untukmu ya?” tanyanya.Pesan? Pesan apa?

“Bacalah pesan itu sekarang.”

“Pesan?”

Ne, pesan yang kutulis di album tadi.” Ah, pesan itu. Aku memang belum melihatnya. Karena tadi aku sangat sedih jadi album itu langsung kumasukkan ke dalam tas. Langsung saja aku mengambil album itu dari tasku untuk melihat pesan apa yang dia tulis.

Untuk, Lee Jieun.

Oraenmanida.. Jieun-ah..Senang bisa melihatmu disini..Kau semakin cantik dari yang terakhir kali kuingat.

Maaf karena baru menyapamu kali ini.Apa kau tahu bahwa selama ini aku begitu merindukanmu?Apa kau juga merindukanku? Semoga iya.

Kuharap setelah ini kita bisa terus bersama seperti dulu, dan tak akan terpisahkan oleh apapun lagi 🙂

Hwaiting!

Aku tertawa kecil menyadari kebodohanku.Mengapa aku tak membaca pesannya tadi? Jika aku membacanya, aku tak mungkin melakukan hal memalukan dengan pergi begitu saja saat fans signing dan tak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli es krim.

“Aku tidak mungkin menyapamu secara langsung lalu memelukmu dan mangadakan reuni dadakan di tengah acara fans signing tadi. Bisa-bisa kau dikeroyok oleh penggemarku nantinya.Sudah mengerti?” tanyanya.

Mianhae..aku pikir kau benar-benar sudah melupakanku.”Ucapku sebelum kembali memeluknya.

—–

“Pohon ini sudah tumbuh besar..terakhir yang kuingat, tingginya bahkan hanya sepinggangku.” ucapnya. Kami sedang duduk di bawah pohon sakura sekarang. Untung saja bunganya masih banyak, minggu depan mungkin akan mulai layu lalu gugur satu-persatu.

“Karena kau tak kunjung kembali, kau jadi tidak ikut membantuku merawat pohon ini.Padahal dulu kita berjanji untuk merawatnya bersama-sama.”

Mianhae..aku akan membantumu merawatnya mulai sekarang.”

“Bagaimana caranya? Kau kan tinggal di Seoul.”

“Eh..maksudku, jika aku punya waktu luang aku akan kesini dan menemuimu.”Waktu luang?Apa seorang idol seperti dirinya bisa memiliki waktu luang?

“Kau kesini sendiri?Maksudku, apa seluruh teman-temanmu dan managermu tahu?”

“Aku sudah minta ijin pada Manager Hyeong untuk pergi sebentar.Kubilang kalau aku ingin mengunjungi sahabat lamaku sebelum kembali ke Seoul nanti malam.”

“Kau langsung kembali ke Seoul hari ini?Tidak menginap?”

“Sudah ada jadwal yang menunggu kami besok..”

“Kau pasti sangat sibuk.”Dia tersenyum lalu mengacak pelan rambutku.

“Setidaknya disela kesibukanku ini aku berhasil melarikan diri sejenak untuk mengunjungi sahabatku ini.”

“Tentu saja kau harus mengunjungiku.Apa kau tahu bahwa sahabatmu ini begitu merindukanmu?” cibirku.Dia hanya terkekeh.

Kami berdiaman cukup lama, menikmati sore hari yang indah ini dalam sunyi.Sudah lama sekali aku tidak duduk berdampingan dengannya seperti ini. Dan setelah moment berharga ini, dia akan pergi lagi untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai seorang idol.Apa waktu tidak bisa berhenti sekarang?

“Jieun-ah..” aku menoleh ke arahnya menunggu lanjutan kalimatnya.

“Apa menurutmu hubungan kita ini masih bisa disebut sahabat?”

Ne?Apa maksudmu?”

“Apa perasaanmu padaku selama ini hanyalah sebatas sahabat?”Aku masih tidak mengerti maksud ucapannya.Mengapa dia melontarkan pertanyaan aneh begitu?

“Jieun-ah..bolehkan aku jujur padamu?” aku mengangguk.

“Apa kau akan marah jika aku katakan bahwa aku..mencintaimu?” Apa? Dia mencintaiku?

“Aku mencintaimu bukan sebagai sahabatku.Aku benar-benar mencintaimu, sebagai seorang yeoja yang kuharapkan akan menjadi pendamping hidupku kelak.”Apa aku sedang bermimpi?

“Jieun-ah..maukah kau menjadi kekasihku?”

Apa yang harus kukatakan? Bibirku terkatup rapat seolah tak mau terbuka.Dengan sedikit kupaksakan akhirnya kepalaku bisa kuanggukkan, sebagai jawaban atas pertanyaannya.

Jeongmal?”

Ne.. asal kau tahu saja, aku juga mencintaimu..” ucapku lancar, kali ini tanpa gangguan apapun.

Dia langsung menarikku ke dalam pelukannya.Hangat, seperti pelukan Appa.Aku suka saat dia memelukku, karena dengan posisi seperti ini aku bisa menghirup aroma tubuhnya yang sangat kusukai itu.

Geunde..apa tak masalah untukmu jika menjalin hubungan denganku?” dia melepas pelukannya lalu menatap lekat mataku.

Gwaenchanha..memang apa yang harus kutakuti?”

“Para penggemarku? Atau apa kau tak khawatir jika harus berhubungan jarak jauh denganku? Kau tahu kan jadwalku sangat padat dan…”

Gwaenchanha, Kyungsoo-ah..” potongku.

“Aku tak keberatan dengan itu semua.Seharusnya aku yang bertanya hal itu padamu, apa dengan menjalin hubungan denganku tidak akan berpengaruh buruk pada karirmu?” tanyaku.

“Kau adalah sumber inspirasi dan semangatku.Bagaimana mungkin hubungan kita akan mengganggu karirku?”

“Bagaimana dengan agensimu?”

“Tenang saja. Mereka akan mengijinkan asalkan kita tidak menimbulkan masalah hingga terekspospublic.”Jawabnya sambil tersenyum, aku pun ikut tersenyum.

“Hujan..” ucapku saat merasakan tetesan air di pipiku.Aku menatap langit yang perlahan berwarna kelabu.

“Kau sudah tidak takut hujan kan?”

“Tentu saja tidak.Sekarang aku menyukai hujan, dan itu karenamu.Gomawo..”Dia tersenyum hangat lalu mulai mendekatkan wajahnya kepadaku.

Cheonma, nae Gongju..” bibirnya menyentuh bibirku tepat setelah ucapannya berakhir.

Sebelah tangannya naik ke wajahku lalu mengaitkan helaian rambutku ke belakang telinga sambil memiringkan wajahnya. Satu tangannya yang lainmemeluk pinggangku erat dan menarikku untuk semakin mendekat ke arahnya.Kedua tanganku perlahan naik ke pundaknya saat kurasakan ia semakin memperdalam ciumannya, sama sekali tidak merasa terganggu dengan rintik hujan yang semakin deras.

Sekarang aku tahu alasannya.Alasan mengapa dia berhasil membuatku membuang rasa takutku terhadap hujan.Alasan mengapa semua kata-katanya selalu berhasil membuatku tenang.Alasan mengapa aku selalu merindukannya, dan mengapa selama tujuh tahun ini aku selalu mengharapkan dirinya walaupun kukira dia sudah benar-benar melupakanku.

Alasannya hanya satu, karena orang itu adalah dia.

Aku mencintainya..

Sekali lagi aku berharap waktu dapat berhenti sekarang. Agar aku bisa terus bersamanya, selamanya…

THE END

5 respons untuk ‘[Oneshot] That One Person is You

wanna say something?